![]() |
HADES. |
Wednesday, 26 April 2017
Nama Para Dewa Olympus Dalam Mitologi Yunani.
Sunday, 16 April 2017
Art Of Defense (AOD) #1-02 - Journey starts with accident in kina’s village.
![]() |
Art Of Defense (AOD) #1-02 |
Di pagi hari, terdengar suara kambing mengembik, "Mbeee... mbeee... mbeee..." saat aku terbangun di atas kendaraan roda dua yang ditarik oleh kuda. Aku mengintip keluar dan melihat dedaunan berjatuhan tertiup angin kencang. Dataran hijau membentang luas, dihiasi penduduk desa yang ramah saling menyapa saat berpapasan di jalan.
Di tepi sungai, seorang anak kecil bermain air, ditemani seorang lelaki tua berjubah putih yang tampak lusuh, menutupi tubuh dan wajahnya. Mungkin dia adalah kakeknya. Matahari pagi bersinar terik, membakar semangatku untuk melanjutkan perjalanan yang tiada henti. Aku berharap dapat bertemu banyak teman. Tak lama, kendaraan kami tiba di depan gerbang desa bernama Ancient Castle. Desa ini tampak bersahaja, penuh keramahan, terlihat dari senyum para penduduk yang saling menyapa di pagi hari. Aku melompat turun dan mengucapkan terima kasih kepada pengemudi yang telah memberiku tumpangan.
"Hei, Paman. Terima kasih atas tumpangannya, aku akan melanjutkan perjalananku. Sampai jumpa lagi!" ucapku.
"Ya, Nak. Semoga kau dapat berjumpa dengan kakakmu," jawabnya dengan penuh harapan.
Perjalananku berlanjut dengan satu tujuan: menemui seorang ahli pengobatan yang, menurut ayah, tinggal di desa ini. Aku memutuskan untuk mencari pasar terlebih dahulu, tempat terbaik untuk mengumpulkan informasi.
"Oh iya, perkenalkan, namaku Jack, keturunan asli bangsa Nightshade. Aku berasal dari Pulau Nightshade dan pergi dengan tugas penting. Aku berusia 14 tahun, dan di pulau kami, anak seusia ini telah melewati pelatihan bertahan hidup selama delapan tahun sebelum akhirnya diutus menjalankan misi mencari relic—senjata kuno yang menyimpan kekuatan sihir di dalamnya."
Setibanya di pasar, aku menghampiri seorang pedagang buah.
"Hei, Paman, apakah kau tahu di mana aku bisa menemukan ahli pengobatan?" tanyaku.
"Yah, Nak, maaf, aku tidak tahu. Desa ini sangat besar," jawabnya.
"Baiklah, terima kasih, Paman," ujarku, lalu beranjak pergi.
Aku terus bertanya kepada para pedagang, tetapi tidak mendapatkan informasi apa pun. Lelah, aku duduk di sebelah penjual minuman dan melihat beberapa prajurit menyeret seorang pencuri yang terikat pada seekor kuda.
Setelah beberapa menit beristirahat, aku berjalan menuju pedagang roti dengan harapan mendapatkan jawaban.
"Halo, Paman. Apakah kau tahu di mana tempat ahli pengobatan?" tanyaku lagi.
"Siapa yang kau cari, Nak? Di sini banyak ahli obat. Apakah kau mencari Marai Konrad? Atau Iyvana?" tanyanya.
Aku berpikir sejenak. "Aku lupa namanya... Ehmm, mungkin dia bernama Chen Dakai."
Tiba-tiba, tanganku ditarik, dan aku diajak masuk ke dalam tenda dengan tergesa-gesa.
"Hei, Nak, jangan sebut nama itu di depan orang banyak! Dari mana kau tahu nama itu?" tanyanya dengan nada serius.
"Aku berasal dari Nightshade. Tujuanku ke sini untuk bertemu dengannya," jawabku jujur.
Pedagang itu menghela napas. "Baiklah. Pergilah jauh ke hutan di belakang pasar. Kau akan menemukan tenda-tenda perkumpulan orang hutan, kaum Warg. Hutan itu bernama Labyrinth Forest. Tapi ingat, mereka selalu berpindah tempat, dan banyak binatang buas di sana. Jangan tersesat, atau kau tidak akan kembali dengan selamat."
Aku mengangguk. "Baiklah, terima kasih atas informasinya, Paman."
"Hei, Nak, bawa ini untuk bekal makananmu," katanya seraya menyerahkan sebungkus roti.
"Terima kasih banyak, Paman. Aku pergi dulu."
"Hati-hati, Nak."
Aku mulai berjalan menuju hutan. Matahari masih terik, angin bertiup pelan, dan aroma hutan semakin terasa. Jalanan menuju hutan tampak sunyi. Aku mulai masuk ke dalam hutan dengan pepohonan besar yang menjulang tinggi. Dalam hati, aku bertanya-tanya, mengapa aku harus percaya kepada pedagang roti tadi? Bisa saja dia mengarang cerita. Atau mungkin dia benar. Tapi tak masalah, ini adalah perjalanan yang menarik jika informasinya memang benar.
Semakin jauh aku melangkah, semakin gelap suasana. Terik matahari tak lagi terlihat, tertutup rimbunnya pepohonan. Tak lama, aku mendengar suara gemuruh air terjun. Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Perutku mulai berbunyi, pertanda lapar.
Di dekat air terjun, aku melihat seorang anak seusia denganku sedang memancing. Aku berteriak, "Hei!" tetapi dia tidak mendengar karena suara air terlalu deras. Aku mendekatinya dan ternyata dia sedang tertidur. Aku tertawa dan membangunkannya.
"Hei, kau memancing, tapi malah tertidur? Hahaha!" candaku.
Dia tampak kesal karena aku mengganggu tidurnya. "Itu bukan urusanmu," jawabnya dingin.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanyaku.
"Kau harus membayar jika ingin mendapatkan jawaban dariku," katanya sinis.
Aku menawarkan roti pemberian pedagang tadi. Matanya berbinar.
"Baiklah, aku akan menjawab jika aku tahu," katanya, lalu menggigit rotinya.
"Apakah kau tahu seseorang bernama Chen Dakai?" tanyaku.
Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Aku tidak tahu."
Aku menatapnya tajam. "Kau berbohong."
Dia menghela napas. "Baiklah, aku akan membantumu mencarinya. Cukupkah janjiku ini?"
Aku tersenyum. "Baiklah. Sebelumnya, perkenalkan dirimu."
"Namaku Yokan. Dan kau?"
"Aku Jack, dari Nightshade. Aku mencari Chen Dakai."
"Siapa dia?"
"Aku tidak tahu pasti. Mungkin ahli obat, mungkin peramal."
Yokan mengangguk. "Baiklah, besok pagi kita akan mencarinya. Sekarang sudah mulai gelap."
"Kenapa tidak sekarang?" tanyaku.
"Malam adalah waktu berbahaya. Banyak makhluk buas berkeliaran. Anak-anak seperti kita bisa apa?"
"Tidak, aku akan pergi sekarang."
Yokan mendesah. "Dasar bocah keras kepala. Pergilah sana."
Aku melanjutkan perjalanan sendiri. Langit semakin gelap, dan suara daun bergesek terdengar di sekelilingku. Tiba-tiba, terdengar suara langkah berat.
"Srekkk, Srekkk..."
Dari balik alang-alang, seekor serigala besar melompat menerkamku. Aku menghindar dan berlari sekencang-kencangnya. Benar kata Yokan, malam adalah waktu yang berbahaya.
Saat aku hampir putus asa, tiba-tiba ada seseorang di atas pohon. Dalam sekejap, serigala itu mengerang kesakitan.
Yokan melompat turun dan mencibir. "Hei, bodoh. Kau ingin mati cepat?"
Aku terkejut. "Yokan? Apa yang kau lakukan di sini?!"
Aku: "Tunggu dulu, Paman!" Aku segera menunjuk Yokan. "Dia yang melukai serigala besar itu, bukan aku!"
Orang Warg langsung melemparkan kapaknya ke arah Yokan. Dengan sigap, Yokan menghindar dan membalas serangan dengan menembakkan panah. Namun, orang Warg itu menangkisnya dengan perisai kayu.
Yokan: "Hei, Paman! Tunggu dulu! Aku hanya menolong bocah itu dari terkaman serigala besar!" katanya sambil menunjuk ke arahku.
Orang Warg menyipitkan mata. "Apa yang kau lakukan di malam begini?"
Jack: "Aku sedang mencari orang Warg, Paman."
Orang Warg menatapku curiga. "Ada urusan apa kau dengan orangku?"
Jack: "Aku ingin bertanya tentang seseorang yang bernama Chen Dakai."
Orang Warg menyilangkan tangan di dadanya. "Kau siapa, bocah?"
Jack: "Aku dari bangsa Nightshade."
Orang Warg terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, ikut denganku. Aku akan membawamu menemui tetua kami. Ikutlah kalian berdua, atau kalian lebih memilih mati di tangan hewan buas lainnya?"
Aku dan Yokan saling berpandangan.
Aku & Yokan: "Baiklah, Paman..."
Kami pun mengikuti pria itu menuju perkemahan mereka. Sepanjang jalan, aku dan Yokan terus saling menyalahkan atas kejadian tadi.
"Haha! Itu pembalasan karena kau sudah membohongiku!" Aku tertawa puas melihat wajah kesalnya.
Yokan mendengus kesal. "Lain kali, akan kubiarkan kau mati saja!" katanya dengan nada jengkel.
Lukisan China Kuno Yang Di Ukir Di Pohon Seberat 20 TON.
![]() |
Lukisan China Kuno Yang Di Ukir Di Pohon Seberat 20 TON. |
Monday, 3 April 2017
True Story : Mayat Terlindas Dalam Perjalanan Menuju Liburan.
![]() |
Mayat Terlindas Dalam Perjalanan Menuju Liburan. |